BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Didalam
kehidupan sehari-hari, sering kita dengar istilah susila bahkan susila juga dikaitkan
dengan istilah asusila. Tidak jarang para remaja atau orang-orang saat ini
mulai melupakn apa yang namanya bertingkah laku susila. Sesungguhmya susila itu
merupakan ajaran bertingkah laku yang benar, contohnya berkata jujur, sopan
santun, tidak memfitnah, tidak mencuri, dll. Namun susila itu sulit untuk
dilaksanakan sedangkam ajara asusila yaitu ajaran bertingkah laku yang salah,
mudah untuk dilakukan tapi berdampak buruk bagi orang lain, contohnya:
memaki-maki orang lain, berkata kasar, mencuri, dll.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Susila?
2. Apa
yang dimaksud dengan catur warna, catur asrama, dan catur purusartha?
3. Bagaiman
hubungan catur warna dengan catur asrama?
4. Bagaimana
hubungan catur asrama dengan catur purusartha?
5. Apa
contoh-contoh kehidupan catur warna dengan catur asrama dalam masyarakat hindu?
C. Tujuan
Agar kita bisa
berprilaku susila dan bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang
buruk dalam kehidupan.
BAB
II
PEMBAHASAN
SUSILA
A.Pendahuluan
1. Pengertian
Susila
Susila dalam agama Hindu
merupakan kerangka dasar yang kedua. Susila adalah istilah lain dari kata etika
dan moral. Ethika berasal dari ahsa Yunani dari kata “ethos” yang berarti
karakter kesusilaan atau adat. Sedangan “moral” berasal dari bahasa latin dari
kata “mos” yang dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti cara hidupa atau
adat. Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa “ethika” adalah
merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yan bersifat sistematis tentang
perilaku (karma). Permasalahan utama dalam etika menurut terminology Hindu
disebut Susila (bahasa sansekerta). Susila adalah perbuatan (karma) yang
dianggap sebagai perbuatan baik (subha karma/daiwi sampad) dan perbuatan yang
tidak baik (asubha karma/asuri sampad).
Pengertian tentang susila dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Susila
atau etika adalah paya mencari kebenaran.
2. Susila
atau etia adalah upaya untuk mengadakan penyelidikan atau mengkaji kebaikan
manusia, sebagai manusia, sebagai manusia bagaimana seharusnya hidup dan
bertinda di dunia ii agar hidup menjadi bermakna.
3. Susila
atau etika adalahmerupaan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan
fisiknya (angga/raga) dan kecerdasan rohani (suksma sarira)
B. Pengertian dan Bagian-Bagian Catur Warna, Catur Asrama
dan Catur Purusartha
1.
Catur
Warna
a.
Pengertian
Catur Warna
Catur Warna berasal
dari bahsa sansekerta dari akar kata Vr yangberarti plihan. Kata catur berarti
empat sedangkan warna berarti tutup, penutup, warna bagian luar, jens, watak,
bentkk dan kasta. Catur Warna berarti empat pengelmpkkan masyarakat dalam tata
kemasyarakatan agama hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya.
b. Bagian-bagian Catur Warna
1)
Brahmana
Brahmana merupakan golongan pendeta dan rohaniwan
dalam suatu masyarakat, sehingga golongan tersebut merupakan golongan yang
paling dihormati. Dalam ajaran Warna, Seseorang dikatakan menyandang gelar
Brahmana karena keahliannya dalam bidang pengetahuan keagamaan. Jadi, status
sebagai Brahmana tidak dapat diperoleh sejak lahir. Status Brahmana diperoleh
dengan menekuni ajaran agama
sampai seseorang layak dan diakui sebagai rohaniwan.
2) Ksatriya
Ksatriya merupakan
golongan para bangsawan yang menekuni bidang pemerintahan atau administrasi
negara. Ksatriya juga merupakan golongan para kesatria ataupun para Raja yang ahli dalam
bidang militer dan mahir
menggunakan senjata. Kewajiban
golongan Ksatriya adalah melindungi golongan Brahmana, Waisya, dan Sudra. Apabila golongan Ksatriya melakukan
kewajibannya dengan baik, maka mereka mendapat balas jasa secara tidak langsung
dari golongan Brāhmana, Waisya, dan Sudra.
3) Waisya
Waisya merupakan
golongan para pedagang, petani, nelayan, dan profesi
lainnya yang termasuk bidang perniagaan atau pekerjaan yang menangani segala
sesuatu yang bersifat material, seperti
misalnya makanan, pakaian, harta benda,
dan sebagainya. Kewajiban mereka adalah memenuhi kebutuhan pokok (sandang,
pangan, papan) golongan Brahmana, Ksatriya, dan Sudra.
4) Sudra
Sudra merupakan
golongan para pelayan yang membantu golongan Brāhmana, Kshatriya, dan Waisya agar pekerjaan mereka dapat terpenuhi.
Dalam filsafat Hindu, tanpa adanya
golongan Sudra, maka kewajiban ketiga kasta tidak dapat terwujud. Jadi dengan
adanya golongan Sudra, maka ketiga kasta dapat melaksanakan kewajibannya secara
seimbang dan saling memberikan kontribusi.
2. Catur Asrama
a. Pengertian Catur Asrama
Catur Asrama
adalah empat tingkatan kehidupan atas dasar keharmonisan hidup dalam ajaran Hindu. Setiap
tingkatan kehidupan manusia di bedakan berdasarkan atas tugas dan kewajiban
manusia dalam menjalani kehidupannya, namun terikat dalam satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Sebagai contohnya, perbedaan kewajiban antara orang tua
dan anak.
b.
Bagian-Bagian
Catur Asrama
Naskah jawa kuno yang
diberi nama Agastya Parwa menguraikan tentang bagian-bagian Catur Asrama dalam
kitab Silakrama itu dijelaskan sebagai berikut :
“Catur Asrama ngaranya Brahmacari, Grhasta, Wanaprasta, Bhiksuka
Nahan tang Catur Asrama ngaranya”
Artinya:
Yang bernama Catur Asrama ialah Brahmacari, Grhasta,
Wanaprasta, Bhiksuka.
Catur
Asrama ialah empat fase pengasramaan berdasarkan petunjuk kerohanian. Hal itu
diharapkan mampu menjadi tatanan hidup umat manusia secara berjenjang. Catur
Asrama terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
1) Brahmacari
Brahmacari terdiri dari dua kata,
yaitu brahma dan cari. Kata brahma berarti ilmu pengetahuan, kata cari berarti
tingkatan hidup bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari
dalam agama Hindu dikenal adanya istilah :
a) Sukla
Brahmacari
b) Sewala
Brahmacari
c) Kresna
Brahmacari
2) Grhastha
Grhastha adalah tingkatan kehidupan
pada waktu membina rumah tangga yaitu mulai sejak kawin. Kata Grhastha berasal
dari kata grha yang artinya rumah atau rumah tangga, sedangkan kata stha
artinya berdiri atau membina. Tingkat hidup Grhastha adalah menjadi pimpinan
rumah tangga yang bertanggung jawab penuh baik sebagai anggota keluarga.
3) Wanaprastha
Wanaprastha berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu wana artinya pohon kayu, hutan semak belukar dan prastha
artinya berjalan/ berdoa paling depan dengan baik. Pengertian wanaprstha
dimaksudkan berada dalam hutan, mengasingkan diri dalam arti menjauhi dunia
ramai secara perlahan-lahan untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi.
4) Bhiksuka
Bhiksuka juga sering disebut
Sanyasin, kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu atau sebutan untuk para
pendeta Bhuda. Bhiksuka artinya meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkatan
kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan diri kepada
Ida Sang Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesusilaan.
Masing-masing
memiliki kurun waktu tertentu dalam pelaksanaanya. Pelaksaan setiap jenjang
hendaknya dapat dijapahami dan dipandang sebagai kewajiban moral dalam hidup
dan kehidupan ini. Sri Bhagawan Kresna menjelaskan agar kita melakukan
pekerjaan yang telah diwajibkan dengan benar dan tanpa terikat dengan hasilnya.
Tujuannya tiada lain adalah agar semua karma atau perbuatan yang kita lakukan
diubah menjadi yoga. Sehingga kegiatan itu dapat membawa kita menuju persatuan
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
3.
Catur
Purusartha
a.
Pengertian
Catur Purusartha
Catur Purusartha atau
juga sering disebut dengan istilah Catur Warga. Catur berarti empat, purusa
berarti jiwa atau manusia dan artha berarti tujuan hidup. Catur Purusartha
berarti empat tujuan hidup manusia yang utama.
b.
Bagian-Bagian
Catur Purusartha
Ajaran Catur Purusartha
merupakan modal dasar umat Hindu dalam berupaya untuk mewujudkan tujuannya
beragama. Ajaran tentang Catur Purusartha adalah merupakan ajaran yang bersifat
universal dan berlaku sepanjang jaman. Bagian-bagian Catur Purusartha antara
lain :
1) Dharma
2) Artha
3) Kama
4) Moksa
C.Hubungan
Catur Warna dengan Catur Asrama
Warna seseorang
dikelompokkan berdasarkan pembawaan dan fungsinya. Pembagian menjadi empat
adalah berdasarkan kewajiban. Bertitik tolak dari kedua sloka Bhagawadgita
ternyata bahwa kwduanya memberikan pengertian yang sama tentang dasar pembagian
Catur Warna.
Catur Warna sebagai
sistem tata kemasyarakatan dalam Agama Hindu, diklsifikasikan berdasarkan guna
(bakat dan sifat) dan karma (perbuatan dan pekerjaan).
Catur Warna berdasarkan
Sastra Drsta, Catur Warna sebagai sistem kemasyarakatan Hindu perlu dicermati
melalui Loka Drsta. Pemahaman Catur Warna dalam kitab-kitab sejarah sering
dicampuradukan dengan pengertian Catur Kasta.
Kasta adalah suatu
tingkatan hidup kemasyarakatan berdasarkan atas darah kebangsaan. Jadi
pengertian kasta yang dituangkan dalam kitab-kitab sejarah tidaklah sama dengan
pengertian Catur Warna dalam agama Hindu.
Pengertian Catur Warna
dengan Catur Kasta dianggap sama saja dan teori buku-buku Brahmana menyebutkan
:
1) Jumlah
warna ada empat, yaitu Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra.
2) Dari
empat kelompok tersebut golongan yang dahulu lebih baik dari golongan
berikutnya.
3) Kewajiban-kewajiban
bukan Sudra adalah menjalankan upacara-upacara, mempelajari buku-buku Weda,
membuat api upacara, dan mengadakan perbuatan yang menghasilkan.
4) Ketaatan
bagi kami Sudra adalah kepada warna-warna yang lain.
Dari
contoh tersebut teranglah bahwa, Catur Warna diberikan pengertian dan kedudukan
yang berbeda oleh golongan tertentu dengan mencoba lebih menonjolkan system
kastanya. Buddha Gautama dan Pandit Nehru adalah orang-orang yang pernah
berusaha menghilangkan sistem empat kasta ini. Pandangan yang dimuat dalam buku
sejarah itu pernah diulang kembali memutnya oleh seorang guru perbandingan
Agama Hindu, yaitu Drs. Abu Achmadi dalam bukunya “Perbandingan Agama” yang
menguraikan pengertian Catur Warna sebagai berikut :
Catur
Warna adalah empat jenjang kehidupan, yaitu
Brahmana, Ksatriya, Waisya, dan Sudra. Dari keempat golongan tersebut, golongan Brahmana adalah golongan
yang paling tinggi.
Dengan
kata lain Catur Warna adalah penggolongan masyarakat menjadi empat berdasarkan
tugas dan aktivitasnya dalam masyarakat dan hal ini tidaklah bersifat turun temurun.
Pada pandangan ini dapat kita bandingkan dengan perkembangan sikap penulis
India yang bernama Phandari Nath Prabu, yang mengatakan bahwa :
Catur
Warna itu disebutkan dengan istilah Varna
Vyavastha yang diartikan dengan organisasi warna. Varna Vyavastha itu adalah
suatu kelompok masyarakat yang memiliki hubungan dengan latar belakang karma
dan guna serta perwatakan.
Rumusan
Catur Warna yang demikian adalah rumusan yang mampu mengangkat dan memisahkan
pengertian Catur Warna, dari endapan lumpur Catur Kasta atau Catur Wangsa yang
keliru di Bali. Dari bagian-bagian Catur Asrama tersebut masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1)
Bramacari
Asrama
Brahmacari Asrama
adalah asrama pertama dari Catur Asrama. Oleh karena itu, sering juga asrama
ini ditulis dengan kata Brahmacari Asrama.
Tatanan hidup rohani setiap umat selama dalam batas umur Brahmacari Asrama
ialah menuntut ilmu pengetahuan. Mengisi diri menuju kedewasaan rohani supaya
kedewasaan rohani dengan kedewasaan jasmani berkembang sejalan dan seimbang. Di
saat seseorang berada pada lintasan umur brahmacari, hatinya mesti lebih
terdorong untuk mengisi diri dan bertekad bulat menuntut ilmu
sebanyak-banyakanya sesuai dengan slogan “Masa muda adalah masa belajar dan
berjuang”. Bukan masa muda dijadikan masa bermalas-malasan atau hura-hura,
karena pemuda adalah tulang punggung negara.
Menurut ajaran agama
Hindu saat berada dalam Brahmacari Asrama para siswa dilarang mengumbar hawa
nafsu. Semua kekuatan jasmani dan rohaninya sebagian besar diarahkan untuk
pembentukan kecerdasan otak yang disebut “Oyas Sakti”.
Mengingat adanya
pendidikan seumur hidup dan dalam kaitannya dengan prilaku seksual, maka ajaran
Brahmacari juga mengalami perkembangan. Dengan demikian maka dikenal dengan
istilah :
a) Sukla
Brahmacari
Sukla Brahmacari adalah orang yang
tidak kawin sejak lahir sampai dia meninggal.
b) Sewala
Brahmacari Asrama
Sewala Brahmacari Asrama adalah
orang yang kawin satu kali, tidak kawin lagi.
c) Krsna
Brahmacari Asrama
Dalam pengertian Tresna atau Kresna
Brahmacari, seseorang diizinkan kawin lebih dari satu kali dalam batas maksimal
4 kali. Itu pun dengan ketentuan bahwa seorang brahmacari boleh mengambil istri
yang kedua jika istri yang pertama tidak dapat melahirkan keturunan.
2)
Grhastha
Asrama
Grhastha Asrama adalah
jenjang kedua dari Catur Asrama. Grhastha Asrama artinya masa hidup untuk
membangun rumah tangga. Pada jenjang ini kesempatan untuk berbuat sosial paling
banyak harus dilakukan. Berdasarkan itu juga Artha paling banyak dihabiskan
untuk kegiatan soaial tersebut, yaitu saat hidup di jenjang Grhasta.
3)
Wanaprasta
Asrama
Wanaprasta atau sering
disebut Wanaprasta Asrama merupakan jenjang ketiga dari Catur Asrama.
Wanaprasta Asrama adalah tingkatan dimana seseorang perlahan-lahan mulai
mengasingkan diri dari kesibukan duniawi, ini disebabkan oleh tanggung jawab
rumah tangga dan kewajiban-kewajiban suatu anggota masyarakatsudah diambil alih
oleh anak cucunya. Pusat perhatian pada jenjang ini mengarah pada kenikmatan
rohani.
4)
Bhiksuka
Asrama
Jenjang terakhir dari
Catur Asrama disebut Bhiksuka atau sering disebut Sanyasin atau Bhiksuka
Asrama. Dalam jenjang ini dapat dikatakan sejenis dengan jenjang Wanaprasta.
Pada jenjang ini prilaku seseorang mengalami peningkatan lebih lanjut terkait
dengan mengurangi kegiatan sosial keduniawian.
D. Hubungan Catur Asrama dengan Catur Purusartha
Catur
Asrama adalah empat fase kehidupan dalam hidup ini yang hendaknya dilalui oleh
masing-masing umat, guna mewujudkan tujuan hudupnya dan juga tujuan beragama.
Keberadaan Catur Asrama dengan Catur Purusartha tidak bisa dipisahkan. Catur
Purusartha adalah empat tujuan hidup yang utama. Catur Purusartha terdiri atas
:
1.
Dharma
Kata Dharma
berasal dari kata “dhr” yang berarti menjinjing, memelihara, memangku atau
mengatur. Jadi Dharma berarti sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia
beserta semua makhluk. Dharma juga dapat diartikan ajaran-ajaran suci yang
menuntun manusia untuk mencapai kesejahteraan.
Dharma sebagai
tugas sosial di masyarakat dipakai pedoman “Catur Dharma”, bagian-bagian Catur
Dharma yaitu :
a) Dharma
Kriya berarti manusia harus berbuat,
berusaha, dan bekerja untuk kebahagiaan sesuai dengan ajaran-ajaran agama
Hindu. Kegiatan itu akan berhasil dengan baik apabila dilandasi dengan Sad
Paramita yaitu :
Ø Dana
Paramita artinya suka beramal.
Ø Ksanti
Paramita artinya suka mengampuni.
Ø Wirya
Paramita artinya mengutamakan kebenaran dan kejujuran.
Ø Prajna
Paramita artinya bersikap tenang dalam menghadapi suatu masalah.
Ø Dhiyana
Paramita artinya merasa bahwa semua ini adalah ciptaan Tuhan dan wajib
menyayangi makhluk hidup.
Ø Sila
Paramita artinya bertingkah laku yang baik dalam pergaulan.
b) Dharma
Santosa berarti berusaha mencapai kedamaian
lahir batin dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
c) Dharma
Jati berarti kewajiban yang dilakukan untuk
menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga, serta selalu mengutamakan
kepentingan umum di samping kepentingan pribadi.
d) Dharma
Patus berarti melakukan kewajiban dengan
penuh keikhlasan untuk menjauhkan diri dari noda dan dosa. Secara singkatnya,
Dharma itu dapat dilaksanakan dengan mengamalkan ajaran “Tri Kaya Parisudha”
2.
Artha
Artha berarti
harta benda, materi atau kekayaan yang dapat dirasakan, dimiliki dan dinikmati.
Artha memiliki beberapa fungsi yaitu :
a) Fungsi
Artha dalam melakukan Panca Yadnya
Ø Dewa
Yadnya yaitu korban suci yang ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasinya.
Ø Manusa
Yadnya yaitu korban suci untuk kesejahteraan umat manusia.
Ø Pitra
Yadnya yaitu korban suci untuk para leluhur baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal.
Ø Rsi
Yadnya yaitu korban suci untuk para Rsi atau para guru dengan ilmu-ilmunya.
Ø Bhuta
Yadnya yaitu korban suci yang tulus ikhlas kehadapan para Bhuta Kala,
makhluk-makhluk bawahan dan unsur-unsur Panca Maha Bhuta.
b) Fungsi
Artha dalam mewujudkan Jagadhita
1) Untuk
kemakmuran, Artha dibagi menjadi 3 yaitu :
Ø Bhoga
yakni kebutuhan primer, contohnya makanan dan minuman (pangan).
Ø Upabhoga
yakni pakaian dan perhiasan (sandang).
Ø Paribhoga
yakni rumah, istri, anak, dll (papan).
2) Untuk
dana-dana social atau punia yang harus disalurkan ketiga jurusan, yaitu :
Ø Maha
Don Dharma Karya, yaitu untuk dharma.
Ø Maha
Don Artha Karya, yaitu untuk kemakmuran dan kesejahteraan.
Ø Maha
Don Kama Karya, yaitu untuk kenikmatan makanan dll.
3. Kama
Kama
berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau kesejahteraan
hidup dan diartikan dengan cinta kasih.
Sehubungan
dengan cinta kasih Kama dibagi menjadi 3 yang disebut dengan Tri Parartha yaitu
:
a)
Asih
berarti menyayangi dan mengasihi sesama makhluk saling asah, asih, asuh dan
mewujudkan ajaran Tat Twam Asi.
b)
Punya
berarti dana punia, cinta kasih kepada orang lain dengan memberikan sesuatu
yang berguna bagi orang yang kita berikan.
c)
Bhakti
berarti cinta kasih pada Hyang Widhi Wasa dengan senantiasa sujud kepadanya
dalam bentuk pelaksanaan agama.
4. Moksa
Moksa
berarti ketenangan dan kebahagiaan spiritual yang kekal abadi. Moksa adalah
tujuan terakhir umat Hindu.
Catur
Purusartha memiliki hubungan yang sinergis dengan Catur Asrama. Bila umat tidak
dengan sungguh-sungguh dalam melaksanakannya maka akan mengalami kehancuran
dalam hidupnya.
E. Contoh-Contoh Kehidupan Catur Warna dan
Catur Asrama dalam Masyarakat Hindu
Salah
satu contoh implementasi ajaran Catur Warna dan Catur Asrama kita ambil dari
kitab Mahabharata. Panca
Pandawa adalah sosok “brahmana warna”. Diantara mereka ada yang menjadi
penasehat raja-raja kecil “Purohita” yang ada di negeri Bharata.
Pelajaran yang diajarkan oleh para
maha guru kepada Pandawa diikuti dengan penuh ketekunan dan sungguh-sungguh,
saat itu Pandawa berada pada masa brahmacari asrama.
Pada saat negerinya diserang oleh
musuh-musuhnya, Pandawa maju ke medan perang untuk mempertahankan keselamatan
masyarakat, bangsa dan negaranya dari kejaran pemberontak. Panca Pandawa
merupakan sosok pemimpin ksatria yang gagah berani. Seiring dengan berputarnya
waktu, Panca pandawa membangun suatu rumah tangga yang harmonis dan utuh dengan
tokoh seorang ibu yang utama Grehasta Asrama. Selama dua belas tahun terbuang
di hutan, Panca Pandawa memasuki fase Wanaprastha. Saat berupaya memajukan
perekonomian negeri sehingga masyarakatnya menjadi sejahtera sehingga Panca
Pandawa tampil sebagai “wesya warna”. Setelah terbuang selama dua belas tahun
dan kembali dari hutan dalam penyamaran, Panca Pandawa menjadi pembantu di
sebuah kerajaan “sudra warna” dalam catur warna. Dengan menjadi pengajar
berbagai bidang ilmu terutama bidang seni dan agama, ini berarti Panca Pandawa
berada pada fase “bhiksuka” dalam catur asrama.
Demikian juga, pada saat kita berada
di tengah-tengah masyarakat lingkungan kita. Sejak kecil diajar oleh orang tua
dan juga di sekolahkan sampai tamat dengan jenjang pendidikan tertentu dan
dewasa. Dalam catur warna fase ini tergolong “brahmana warna”. Sedangkan dalam
catur asrama termasuk sedang mengikuti masa brahmacari asrama. Dengan memiliki
keterampilan tertentu selanjutnya mampu membangun rumah tangga sekaligus
menjadi pemimpin rumah tangga yang di bangunnya. Hal ini tergolong “grehasta”
dalam catur asrama dan “ksatrya warna ” dalam catur warna. Tanggung jawab
lahirilah dalam rumah tangga yang di bangun selesai, dengan meninggalkan
kehidupan rumah tangga, mengasingkan diri dari keramaian, melepaskan ikatan
keduniawian, mengolah pertanian,dan perdagangan untuk kemakmuran masyarakat
banyak adalah wujud dari fase “wanaprastha” dalam catur asrama dan termasuk
golongan “wesya warna”dalam catur warna. Akhirnya mempersiapkan diri untuk
mendalami kerohanian, mengajarkan, menyebarkan dharma, dengan suatu pelayanan
yang tulus adalah merupakan wujud dari “sudra warna” dalam catur warna dan
“bhiksuka asrama” dalam catur asrama.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian pembahasan di
atas kami menyimpulkan bahwa :
1.
Catur
Warna merupakan pengelompokkan masyarakat berdasarkan profesinya maupun
kewajibannya di masyarakat.
2. Catur Asrama
mengelompokkan masyarakat berdasarkan tingkatan kerohanian/jenjang kehidupan.
3. Catur Purusartha
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan jasmani di dunia dan di akhirat.
4. Catur Asrama
erat kaitannya dengan Catur Warna dalam kehidupan bermasyarakat dan kebahagiaan
di akhirat
5. Catur Asrama
dengan Catur Purusartha mempunyai hubungan yang timbal balik.
suksma mbok
BalasHapus